Penampakan Hantu seorang sinden


Ini cerita waktu aku masih SMP, sekitar tahun 2008. Jadi waktu itu aku di SMP punya geng gitu, anggotanya ada 6 orang cewek semua  termasuk aku, sebut saja teman-temanku yang lain itu Dwi, Fera, Pina, Depi, dan Afri (nama asli semua, panggilan). Aku sendiri dipanggil Bos, karena dianggap bisa memimpin anak-anak itu.

Nah waktu itu tahun ajaran baru, untuk anak-anak baru, sehabis MOS (Masa Orientasi Siswa) biasanya ada Persami (Perkemahan Sabtu Minggu). Aku dan anak satu geng kebetulan anak OSIS semua, dan sudah senior, jadilah kami ikut mengurusi acara Persami itu sebagai panitia, dibantu pembina. Acaranya itu berkemah di halaman sekolah, lalu ada kegiatan-kegiatan seperti mencari jejak, api unggun, renungan malam, dll.

Awalnya semua acara berlangsung lancar dari awal. Nah pas Sabtu malam nya kan ada acara renungan malam tuh. Sekitar jam 10, semua peserta dikumpulkan di lapangan upacara. (masih dalam areal sekolah.

jadi lapangan upacara ini sudah di paving blok, sedangkan yg untuk mendirikan tenda itu areal yg belum di paving alias masih tanah). Disitu mereka baris sesuai regu nya masing-masing dan disuruh memakai penutup dari hasduk (dasi pramuka yang warnanya merah putih). Terus posisinya tiap anak pegangan tangan dengan orang yang depan dan belakangnya. Jadi seperti berantai gitu.

Tiap satu regu dibawa oleh satu pembimbing. Kalau gak salah waktu itu aku bawa regu Melati. Tiap regu dituntun keliling areal sekolah, muter-muter sesuai rute yang sudah dibikin. Tapi mereka ngiranya dibawa kemana gitu, padahal ya cuma disekitaran sekolah, maklum matanya kan ditutup semua jadi gabisa lihat :D



Akhirnya setelah muter-muter itu, semuanya dikumpulkan di halaman belakang sekolah. Aku jelaskan dulu, jadi dibelakang sekolahku ini ada sebuah lapangan sepak bola yang luas. Tapi gak masuk areal sekolah.

Posisi utaranya ya  sekolahku itu, timur dan baratnya masih perkampungan walaupun agak jauh. Sedangkan selatannya ini kebun singkong, sama hutan-hutan, ada sungai kecil juga yang jaraknya sekitaran 200m dari lapangan.

Namanya lapangan ya, kalo malem disana gak ada penerangan, cuma cahaya bulan dan lampu-lampu rumah warga di kejauhan. Anak-anak yang sudah sampai sini semua dipisah satu-satu,  berpencar dari regunya, terus di dudukkan di lapangan rumput itu.

Keadannya anak-anak itu masih di tutup matanya. Setelah semua kumpul (ada sekitaran 150an anak mencar dari tiang gawang timur sampai tiang gawang barat) nah disitu renungannya mulai.

Aku lupa pembicaranya siapa, pokoknya waktu itu senyap banget dan yang kedengeran cuma suara yang ngomong itu. Yang diomongin antara lain tentang keluarga, pendidikan, negara. Anak-anak yang cewek udah mulai nangis satu persatu.



Disini lah mulai aneh. Waktu itu aku berdiri di tiang gawang barat sama Depi. Diapun ngomong ke aku. B: aku (bos), Dp: Depi

Dp : Bos, itu si Dwi ngomong sama siapa ya, perasaan dia berdiri sendirian. (sambil nunjuk Dwi di tengah lapangan)

B : mana kutau, sama setan kali.

Dp : seriusan ih, masa tangannya gerak-gerak sendiri gitu?



Danm emang bener tangan kanannya gerak-gerak gak tau lagi apa. Waktu itu agak gak keliatan juga karena gelap. Aku pun menghampiri dia, takutnya kenapa-kenapa. Waktu itu acara renungannya masih berlangsung. B: aku, Dw: Dwi

B : Wi, kamu ngapain tadi ngomong-ngomong sendiri?

Dw : (senyum2) ah gapapa kok bos, nanti aja ya ceritanya kalo acaranya udah selese.

B : oh, iyadeh. kamu ati-ati ya, jangan ngelamun sendirian.

Dw : iya tenang aja.



Karena aku lihat dia baik-baik aja, akupun ninggalin dia lagi ke gawang barat. Waktu itu kami satu geng belum tau kalo ternyata si Dwi ini punya kemampuan buat ngeliat makhluk astral.

Waktu itupun yang dia janjinya mau cerita ke aku selese acara, gak kelaksana karena kejadian itu sudah terlupakan. Nah waktu kami udah kelas 3 semester 2, dia malah baru ceritain semuanya ke kami.

Jadi pas acara itu, menurut penuturan Dwi, dia lagi keliling ngecek anak-anak di tengah lapangan, tiba-tiba dia cium ada bau yang wangi banget. Ternyata berasal dari sosok seorang perempuan, yang jalan dari arah timur menuju ke arah dia.

Dwi gak lepas-lepasnya ngeliatain perempuan itu terus, yang jalannya amat pelan bak putri solo. Setelah sampai di depan Dwi, perempuan itu salaman sama dia. Katanya sih doi pake kebaya warna merah. Rambutnya disanggul khas perempuan jawa.

Usianya sekitar 30 tahun. Wajahnya cantik banget, putih bersinar, tubuhnya harum, suaranya lemah lembut. Kira-kira gini percakapan mereka. Dw: Dwi, P: perempuan itu

P : assalamualaikum mbak.. (dengan nada yang lemah lembut banget)

Dw : wa’aalikumsalam

P : mbaknya lagi ngapain disini?

Dw : ini lagi ngurusin acara sekolah..

P : oh gitu, hati-hati ya. jaga sikap dan perbuatan kalau disini

Dw : iya mbak

P : ya sudah kalau gitu saya pergi dulu ya, mau nyinden dulu… assalamualaikum.

Dw : wa’alaikumsalam.



Setelah pamitan dan salaman (yang aku dan Depi liat tangannya gerak2 sendiri itu) si perempuan ini jalan ke arah selatan, setelah sampai batas hutan, diapun menghilang gitu aja. Setelah diceritakan gitu, kami semua kaget.

Lho kok si Dwi aja yang liat, sementara kami gak liat apapun.. Akhirnyalah dia ngaku bahwa dia emang punya itu kemampuan itu udah lama (nanti lagi aku ceritakan asal mulanya dia bisa lihat makhluk halus).

Lalu dia cerita lagi, habis selesai acara renungan itu kan anak-anak penutup matanya dibuka, lalu baris semua satu persatu buat cium bendera merah putih.  Jadi itu bendera di gantung di tongkat pramuka, lalu di pegang gitu sama temenku.

Sementara itu, kami semua juga nyanyi lagu Syukur (penciptanya H. Mutahar) yang liriknya gini: Dari yakinku teguh, hati ikhlasku penuh, akan karuniamu.. dst. Pokoknya suasana jadi horor gitu. Karena selain udah tengah malem, itu lagu juga ada kesan serem gimana gitu.

Kebetulan nih posisinya Dwi  ada disamping yang pegang bendera itu. Katanya sih diantara anak-anak yang berbaris nyium bendera, banyak juga anak-anak dari dunia lain, yang cuma dia yang bisa lihat waktu itu.

Wujudnya sih anak biasa, tapi bajunya kuno, wajahnya pucat tanpa ekspresi, dan jelas gak napak tanah. Mereka ada diantara anak-anak, dan nyium bendera juga kayak yang lainnya. Gak tau motifnya apa, apakah cuma iseng atau gimana. Wah asik juga, pikirku, ternyata makhluk dari dunia lainpun punya rasa nasionalisme :D hehe..



Mengenai sosok perempuan yang menemui Dwi waktu itu, kita tanya-tanya sama penjaga sekolah SMPku, sebut saja Mbah Wiro (bukan nama asli). Mbah Wiro yang usianya sekitar 60 ini udah jadi penjaga di SMP ku sejak pertama kali dibangun (sekitar tahun 80-an akhir).

Nah beliau ini cerita, kebetulan beliau orang asli sini, jaman dulu sebelum sekolah ini ada (entah jaman kapan, kalo gak salah bilangnya jaman penjajahan gitu), tersebutlah seorang kembang desa yang sangat cantik  bernama Sarinten.

Dia berprofesi sebagai sinden, semacam orang nyanyi gitu diiringi gamelan. Konon suaranya sangat merdu, siapapun yang mendengar pasti terpana. Sarinten ini selain cantik dan punya suara yang merdu, dia juga baik hatinya sehingga banyak pemuda2 desa yang menaruh hati. Meski begitu, dia tidak tertarik karena belum menemukan sosok yang dia idamkan.

Suatu ketika, dimana saat itu musimnya orang hajatan, entah itu sunatan, pernikahan, dll. Otomatis Sarinten banyak panggilan untuk menghibur tamu-tamu sebagai sinden. Suatu malam, dia hendak berangkat ke kampung sebelah karena diundang nyinden oleh yang punya hajat nikahan. Tapi malam itu hujan deras dan petir menyambar-nyambar.

Tadinya Sarinten hendak membatalkan kepergiannya, tapi dia tahu bahwa kehadirannya saat itu sedang dinanti-nanti oleh orang banyak. Maka setelah agak reda, diapun memakai kebaya andalannya yang berwarna merah dan segera berangkat. Untuk sampai ke kampung sebelah, dia harus melewati sebuah sungai (yg disebelah selatan lapangan bola sekolahku itu).

Waktu itu sungai disana masih lebar dan juga dalam, kalo sekarang sih cuma sekitar 3 meteran dan dangkal saja. Sarinten lewat jembatan kayu yang setengahnya terbenam air. Maklum saja namanya sehabis hujan deras, sungai itu suka meluap. Tapi karena tidak berhati-hati, dia terpeleset dan akhirnya terbawa arus air yang deras. Tidak ada yang bisa menolongnya karena keadaan sekitar sangat sepi dan tidak ada orang.



Akhirnya esok pun tersiar kabar kalau Sarinten hilang. Tidak ada yang tahu kemana dia pergi. Tapi suatu malam, ada seorang warga yang hendak ke kampung sebelah dan akan melewati jembatan itu. Tiba-tiba di sebelahnya ada Sarinten, karena si warga ini tidak tahu bahwa Sarinten hilang, diapun bertanya biasa saja, "Mau nyinden ya mbak? Cantik sekali."


PENAMPAKAN GAIB
- Dijawablah oleh Sarinten, "Iya mas, di kampung sebelah. Saya duluan ya. Mari." Setelah berkata seperti itu, Sarinten mendahului warga itu, tapi bukannya lewat jembatan, tapi dia masuk ke sungai, dan hilang setelah di tengah-tengahnya.

Kontan saja warga itu kaget, dan langsung menemui warga yang lainnya. Keesokan harinya, para warga melakukan pencarian di sekitaran sungai, namun hasilnya nihil. Sampai saat inipun tidak diketahui jasad Sarinten ada dimana.



Semenjak saat itu, banyak yang mengaku ditemani berjalan di sekitaran jembatan oleh wanita cantik berkebaya merah, yang ketika ditanya hendak kemana, selalu dijawabnya, "Mau nyinden, di kampung sebelah."

Pikirku waktu itu, beruntung juga si Dwi bisa bertemu dengan Sarinten. Dan juga ternyata dia baik, buktinya saja mengingatkan untuk tetap jaga sikap sama perbuatan selama acara itu. Dan alhamdulillah waktu itu acaranya sih lancar, tanpa ada halangan berarti.

Itulah salah satu cerita yang di alami oleh kawanku Dwi. Maaf kalau tidak seram, tapi bagiku lumayan berkesan juga pengalaman ini. Lain kali aku share lagi cerita-cerita dari Dwi. Terimakasih sudah menyimak, ditunggu komen & kritiknya

0 Response to "Penampakan Hantu seorang sinden"

Posting Komentar